Thursday, May 31, 2007

Burung yang malang


Burung adalah makhluk yang unik. Kemana pun sang induk pergi, yang jantan akan mengikuti.
Mereka menjadi pasangan hidup yang cukup lama, saling menyayangi dan setia, tidak seperti manusia.


Saat tibanya musim kawin, mereka pun mulai mendirikan sarang.
Apakah anda pernah melihat sepasang burung yang sedang membuat sarang?

Sebelumnya mereka mencari lokasi yang tepat, setelah itu proses pembuatan sarang pun dimulai.
Terbang kesana-kemari untuk mengumpulkan rumput kering, daun-daun kering, ranting dan akar-akar kecil.

Proses ini dilakukan berulang kali demi untuk menciptakan satu sarang yang nyaman baginya. Ketika sarang selesai, tiba waktunya bagi sang betina untuk bertelur. Telur yang baru keluar dierami oleh sang induk agar menetas sementara yang jantan pergi mencari makanan dan menjaga sarang dari ancaman bahaya predator.

Saat telur menetas adalah saat yang paling ramai. Mengapa?
Anak-anak burung kelaparan meminta makanan.


Suatu hari, sang jantan sedang berusaha menarik seekor cacing yang dilihatnya di pinggir jalan, pada saat bersamaan sebuah mobil melintas dan menghantam tubuhnya. Sang jantan mati seketika. Sang betina datang untuk menolong tetapi sudah terlambat.

Sang betina yang malang berusaha mengurus dan mencari makan untuk anak-anaknya. Dia begitu sedih dan kembali ke sarangnya. Akibat kesedihan yang begitu mendalam, dia tidak melihat seekor ular yang merayap dibelakangnya. Ular itu berhasil menelannya.


Tangisan anak-anak burung terdengar semakin keras. Bukan karena kehilangan induknya, tetapi karena menahan lapar yang berkepanjangan akibat menunggu kedua orang tuanya datang membawa makanan.

Di langit burung-burung terbang kian kemari, tetapi tidak satu pun dari mereka yang mau memberinya makanan.
Situasi seperti inilah yang sering terjadi dalam kehidupan manusia.

Dalam hidup, kita selalu mempunyai rencana.
Apabila rencana awal tidak tercapai, masih ada rencana kedua yang akan membantu kita mencapai tujuan.

Konsultas
ikan kebutuhan perlindungan terhadap aset dan keluarga anda gratis, dengan email ke rencana.keuangan@gmail.com

Seberapa besar tingkat kepedulian anda terhadap keluarga?

Apakah anda sudah mempersiapkan program perlindungan cadangan untuk keluarga?

Tahukah anda mahalnya sebuah penundaan?




2 comments:

xcodex said...

haii nice sites

franx said...

Bagus banget pak ceritanya mengingatkan kebiasaan saya suka emnunda..jadi rugi